Doa Nabi Supaya Terhindar dari Ujian Kaya atau Miskin
Kaya atau miskin sama-sama memiliki risiko. Allah ﷻ menguji setiap hambanya sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi, tidak memandang kondisi finansial atau status sosial. Apabila tidak dibekali keimanan yang kuat dan permohonan perlindungan kepada Allah ﷻ, tidak jarang seorang muslim gagal melewati ujian tersebut.
Salah satu bentuk upaya agar berhasil melewati ujian yang diberikan Allah ﷻ kepada para hamba-Nya adalah dengan berdoa. Melalui doa, umat Islam mengungkapkan kebutuhannya kepada Allah ﷻ dan memohon perlindungan dari berbagai musibah.
Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ adalah permohonan agar terhindar dari fitnah serta ujian kekayaan dan kemiskinan. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah ﷺ berdoa,
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن فِتْنَةِ النَّارِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوذُ بِكَ مِن فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْغِنَى وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْفَقْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allâhumma innî a’ûdzu bika min fitnatin nâr, wa min ‘adzâbin nâr, wa a’ûdzu bika min fitnatil qabr, wa a’ûdzu bika min ‘adzâbil qabr, wa a’ûdzu bika min fitnatil ghinâ, wa a’ûdzu bika min fitnatil faqr, wa a’ûdzu bika min fitnatil masîḫid dajjâl.
Doa ini mengandung makna yang dalam, terutama dalam konteks menghindari fitnah (ujian) yang datang dari kekayaan dan kemiskinan. Rasulullah ﷺ menyadari bahwa dua kondisi ini memiliki potensi besar untuk menjadi sumber fitnah yang dapat menjauhkan seseorang dari jalan yang benar.
Fitnah kekayaan dapat muncul dalam bentuk kesombongan, ketamakan, dan lupa akan Allah ﷻ. Sementara fitnah kemiskinan dapat memicu rasa putus asa, ketidakpuasan, keluhan yang berlebih, dan melakukan hal-hal yang dilarang demi memenuhi kebutuhan hidup.
Kekayaan adalah ujian yang tidak kalah berat dibandingkan kemiskinan. Dalam kekayaan terdapat godaan untuk berlaku sombong, menganggap diri lebih baik dari orang lain, serta bermegah-megahan.
Ujian kekayaan disebutkan dalam doa Nabi sebagai “fitnatil ghinâ”. Kekayaan yang melimpah seringkali membawa manusia pada perilaku boros dan hidup dalam kemewahan yang berlebihan. Bahkan, tidak jarang kekayaan membuat seseorang lupa bersyukur dan lupa terhadap kewajiban berbagi kepada yang membutuhkan (Al-Qurthubi, al-Mufhim lima Asykala min Talkhish Kitab Muslim, [Beirut: Dar Ibn Katsir, 1996], jilid VII, hal. 34).
Islam mengajarkan bahwa harta benda hanyalah titipan yang harus dipergunakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah ﷻ. Kewajiban zakat, infak, dan sedekah adalah bentuk nyata dari penggunaan harta yang benar. Jika tidak digunakan dalam jalan yang benar, kekayaan dapat menjadi malapetaka yang menjerumuskan seseorang ke dalam kebinasaan.
Di sisi lain, kemiskinan juga membawa tantangan tersendiri. Dalam kondisi kekurangan, seseorang mungkin merasa tertekan hingga tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak halal, seperti mencuri atau berbohong demi mendapatkan nafkah.
Ujian tersebut dalam doa Nabi Muhammad ﷺ dikenal sebagai “fitnatil faqr”. Fitnah kemiskinan tidak hanya mempengaruhi aspek material, tetapi juga dapat merusak moral dan spiritual seseorang. Rasa putus asa karena kemiskinan bisa membuat seseorang kehilangan kepercayaan kepada Allah ﷻ dan memilih jalan yang salah. (Al-Qurthubi, al-Mufhim lima Asykala min Talkhish Kitab Muslim, jilid VII, hal. 34).
Rasulullah ﷺ menyadari bahwa baik kekayaan maupun kemiskinan dapat menjadi ujian yang berat. Oleh karena itu, beliau berdoa agar terhindar dari ‘fitnah’ keduanya khawatir dapat membawa keburukan.
Islam mengajarkan sikap yang proporsional dan menyarankan setiap muslim bersyukur dalam menghadapi setiap keadaan, serta tidak malas untuk berusaha mencapai kebaikan di dunia maupun di akhirat.
Doa ini bukan hanya permohonan untuk terhindar dari ujian, tetapi juga pengingat untuk selalu berada di jalan yang benar, apapun kondisi finansial yang dihadapi. Doa ini juga merupakan nasihat untuk menjaga keseimbangan dalam hidup dan mengingat Allah ﷻ dalam setiap keadaan. Allah ﷻ mencintai hamba-Nya yang bersyukur dalam kekayaan dan bersabar dalam kemiskinan.
Dalam kondisi kaya, orang muslim diharapkan untuk tetap rendah hati, bersedekah, dan menggunakan hartanya untuk kebaikan. Sedangkan dalam kondisi miskin, orang muslim diharapkan untuk tetap sabar, tidak putus asa, dan tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan.
Keduanya adalah bentuk ujian dari Allah ﷻ yang harus dihadapi dengan keimanan yang kuat dan ketakwaan yang teguh. Dengan demikian, doa ini menjadi pelajaran penting untuk selalu waspada terhadap potensi fitnah yang datang dari kekayaan dan kemiskinan.
Wallahu a’lam Bishawab.